Musuh Terberat...



          Bila kita ditanya tentang halangan terberat yang dihadapi saat kita hidup atau saat kita mengusahakan sesuatu baik itu hal duniawi seperti halnya kesuksesan bisnis dan sebagainya, maupun haliah Ukhrowiyyah semisal istiqomah ibadah, memperbaiki Akhlak dan sebgainya, jawabaya tentunya akan bermacam-macam tergantung siapa kita dan situasi sepertia apa yang kita dapati , adakalanya kita menjawabnya dengan alasan keterbatasan waktu, materi maupun lingkungan dan sebagainya

Namun dari semua itu patut kita merenungi apa yang disabdakan baginda Rosul SAW. Sewaktu beliau kmbali dari peperangan yang gemilang yaitu perang badar “ kami kembali dari perang yang kecil menuju peperangan yang lebih besar” par.
a Sahabat kemudian bertanya mengenai maksud beliau dengan perang besar maka beliau pun menjawab bahwa yang dimaksud dengan perang besar ialah melawan hawa nafsu

Dari sabda Rosul Saw. Tersebut saya berpendapat bahwa semua orang pasti setuju dengan apa yang di sampaikan Rosul SAW. Kadang kita berdalih dengan banyak hal mengenai kegagalan dan hambatan yang kita temui dalam hidup namun tak bisa dipungkiri bahwa sumber masalah terbesar kita adalah diri kita sendiri, kita kadang tidak bisa mengalahkan egoisme, ketakutan dan kemalasan kita sendiri lalu mencari-cari hal lain sebagai dalih untuk menyembunyikan semua itu
Faktanya kita tidak bisa membatah ada orang yang yang dengan segala keterbatasanya dapat meraih hal yang secara normal bisa diraih oleh mereka yang diberi kesempurnaan dan kecukupan, begitu pula sebaliknya ada manusia dengan segala kecukupan waktu, materi dan bahkan ilmu namun masih terhambat untuk meraih apa yang ia harapkan
Maka benarlah apa yang di sampaikan Rosul
ليس الشديد بالصرعة انما الشديد الذي  يملك نفسه عند الغضب
Bukanlah orang yang kuat itu ialah yang gagah namun ia yang memiliki dirinya ketika ia marah ,(HR. Bukhori Muslim)

           Diantara alasan mengapa kita patut lebih waspada akan Nafsu kita sendiri ialah bahwa memang selain Nafsu yang berbahaya bagi kita ada juga syetan yang menjadi musuh kita , syetan pun ada syetan dari kalangan jin dan adapula dari kalangan manusia, dalam mengahadapi syetan kita di perintahkan untuk senantiasa berlindung kepada Alloh SWT, sebagaimana firmanya
واما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ بالله انه سميع عليم  200
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan maka berlindunglah kkepada Alloh sesungguhnya Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui (QS. Al-‘Arof 200)
adapun menghadapi syetan dari kalangan manusia bila kita mampu menghadapinya tentunya kita lawan  namun bila tidak kita mungkin bisa lari maupun bersembunyi, nah hal demikian berbeda dengan nafsu sebagai musuh, nafsu tidak akan kabur dengan dibacakan istiadzah dan kita juga tidak mungkin lari maupun bersembunyi darinya   

           lebih dari itu kehebatan nafsu juga tidak bisa takluk dengan ilmu, hingga tidak ada jaminan orang yang lebih berilmu akan lebih mampu menguasai nafsunya ketimbang mereka yang kurang ilmu atau yang bodoh sekalipun, karna faktanya tak jarang mereka yang Alloh limpahi ilmu namun ia tunduk terhadap hawa nafsunya , kisah Balam Bin Bauro Misalnya atau yang paling jelas mereka Yang Alloh Sebut Sebagai Ahli kitab dari kalangan yahudi dan nashroni, mereka dengan keilmuanya di sebut sebagai Ahli kitab bahkan mereka sadar akan kebenaran apa yang dibawa oleh Rosululloh Saw. Namun demikian karena ketundukan kepada hawa nafsu mereka enggan beriman dan bahkan mereka berani merubah isi kitab kitab yang Alloh turunkan  sesuai kehendak nafsu mereka
dalam hal ini terkadang saya mengingatkan para pelajar wabil khusus parta santri bahwa ada yang lebih penting dari sebuah pelajaran yang tidak bisa takluk hanya dengan ilmu yaitu Hawa nafsu  
dalam Suroh alfurqin ayat 43 alloh SWt berfirman
أرأيت من اتخذ الهه هواه أفأنت تكون عليه وكيلا   43  ام تحسب ان أكثرهم يسمعون او يعقلون ان هم الا كالانعام بل هم أضل سبيلا 44
Terangkan lah kepadaku tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhanya maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya ?
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami ? mereka itu tiada lain hanyalah sepoerti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalanya.
Dalam ayat tersebut alloh Swt. sebut mereka yang selalu tunduk akan hawa nafsunya sebagai manusia yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya, betapa tidak karena mereka akan lebih tunduk dan patuh terhadap keinginan nafsunya ketimbang apa yang Alloh teteapkan, bagi mereka kitab Alloh harus mengikuti mereka bukan mereka mengikuti kitab Alloh, puncaknya Alloh menegaskan bahwa mereka dengan prilakumereka lebih buruk dari pada hewan ternak,   ya.. meski sama sama mengikuti nafsu, hewan ternak lebih baik daripada mereka karena mereka di anugrahi akal yang sempurna  sedang hewan tidak.
Bila kenyataanya denikian lantas apa yang bisa menundukan nafsu? Jawabanya tentu tidak lain dan tidak bukan adalah Taqwa
dalam  kitab Kifayatul Atqiya karangan syekh Zainudi Almalibari di awal pembahasanya beliau menegaskan
تقوى الاله مدار كل سعا دة  #  واتباع اهوى رأس شر حبائل
ketakwaan kepada Alloh adalah sumber kebahagiaan # dan dan mengikuti hawa nafsu adalah pokok setiap keburukan
Takwa yang dalam arti sederhana ialah menjalankan perintah dan menjauhi larangan adalah kebalikan dari tunduk terhadap hawa nafsu, karna sejatinya hawa nafsu tidak menginginkan tunduk terhadap hawa nafsu, adapun untuk bisa taqwa tidak ada obat yang gratis selain berusaha melawan nafsu sekuat mungkin atau menurut guru saya dalam bahasa sunda “Allohumma Paksaken “  dengan melatih dan membiasakan da selanjutnya memohon kepada Alloh atas Taufknya, karena bagaimana pun sekuat apapun tekad dan upaya tanpa limpahan taupiknya semua akan sia-sia.

Bila kita merujuk keterangan di atas akan jelas bahwa dalam setiap kehinan ada faktor utama yaitu ketundukan akan hawa nafsu sebaliknya dalam setiap keberhasilan, kesuksesan dalam hal apapun dipastikan adalah buah dari perjuangan melawan hawa nafsu, seseorang yang sukses dalam bebisnis misalkan bila kita telusuri akan kita temui cerita bagaimana ia berupaya mempertahankan bisnisnya melawan kemalasan atau kejenuhan dan lain sebagainya, begitu pula ia yang sukses mencari ilmu sudah barang tentu adalah hasil dari jerih payah melawan rintangan yang amat besar.
 Wallohu ‘Alam Bisshowab. 
Aby Ahda Banyulana 26 Desember 2019 M


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Teks pidato Anak-anak " menjadi Generasi Qurani''

Contoh Teks Pidato Anak anak "Generasi Islami"

Contoh Teks Pidato anak -anak " Giat Menuntut Ilmu "